Beranda > Akhlak, Islam > Mari Memaafkan

Mari Memaafkan


Mohon maaf lahir batin, semoga ramadhan kali ini menjadikan kita setidaknya satu tingkat lebih baik dari ramadhan sebelumnya.

ada artikel bagus dari harian “sinarharapan” tentang pentingnya memaafkan, semoga mencerahkan kita semua

Memaafkan

Oleh
Prof Dr Roy Sembel/Sandra Sembel

Kata yang satu ini, sejak meninggalnya Soeharto, Presiden RI yang kedua, telah menjadi topik diskusi di hampir semua televisi yang menayangkan riwayatnya. Namun, lepas dari konteks Soeharto, penulis ingin membahas soal tindakan ”memaafkan” ini, dalam perspektif yang lain.

Tindakan memaafkan umumnya banyak dianjurkan, tidak hanya oleh psikolog melainkan juga oleh dokter, karena banyak manfaat yang bisa dipetik dari tindakan memaafkan ini.
Lalu, mengapa banyak orang sulit memaafkan? Apa dampak negatif yang kita rasakan jika kita tidak memaafkan? Apa kekuatan dari tindakan memaafkan? Jika memaafkan memiliki kekuatan dahsyat yang positif, apa yang harus kita lakukan agar kita mampu memaafkan? Simak yang berikut.

Mengapa Sulit Memaafkan?
Banyak orang sulit memaafkan karena beberapa hal berikut.

Kasihan pada Diri Sendiri
Self-pity atau rasa kasihan pada diri sendiri terjadi karena seseorang terlalu fokus kepada dirinya sendiri, terutama kepada kelemahan diri, dan kurang fokus pada kekuatan diri.
Orang yang sulit memaafkan biasanya adalah orang yang merasa tidak aman dan mempunyai penilaian diri yang rendah. Kesulitan, masalah, penderitaan yang mereka alami seolah-olah pembenaran dari pandangan negatif mereka terhadap diri sendiri, sehingga mereka menjadi sangat marah pada situasi ataupun orang lain yang merupakan sumber dari munculnya kesulitan, terjadinya masalah, ataupun timbulnya penderitaan.

Fokus pada Masa Lalu
Orang yang tidak bisa memaafkan adalah mereka yang cenderung berorientasi lebih banyak pada masa lalu. Mereka sulit melupakan kesuksesan masa lalu, dan mereka juga sulit melupakan kesulitan, masalah, dan penderitaan di masa lalu. Orientasi yang sangat kuat ini menyebabkan mereka seolah-olah hidup dan ”menghidupkan” masa lalu, terutama saat kesulitan, masalah ataupun penderitaan tersebut harus mereka alami.
Dengan demikian, penderitaan yang seharusnya cuma sebiji gandum dan berlangsung sebentar, akhirnya sepertinya menjadi segunung, karena tindakan mereka sendiri yang senantiasa menghidupkan penderitaan tersebut. Tumpukan rasa sakit ini akhirnya menggunung dan menjadi sulit serta terlalu dalam untuk dilupakan dan dimaafkan.
Fokus pada Masalah
Penyebab lain yang membuat orang sulit memaafkan adalah karena mereka cenderung lebih fokus pada kejadian negatif yang menimpa diri mereka daripada fokus memikirkan jalan keluarnya. Masalah yang sebenarnya tidak seberapa, akhirnya seolah-olah diletakkan di bawah mikroskop, dan menjadi berkali-kali lebih besar dari ukuran yang sebenarnya.
Oleh karena terlihat lebih besar, tentu saja masalah tersebut terlihat sebagai masalah yang sulit bahkan tak mungkin untuk diatasi. Ini membuat mereka menjadi marah pada sumber masalah dan tidak bisa memaafkan sumber masalah tersebut (baik keadaan maupun orang).

Akibat Tidak Memaafkan
Ketidakmampuan memaafkan dapat memberikan berbagai dampak negatif, baik secara fisik, mental, maupun emosional.

Dampak Fisik
Secara fisik, ketidakmampuan memaafkan dapat menjadi sumber pemicu berbagai penyakit. Kelelahan menanggung beban rasa bersalah dan kecemasan menanggung penderitaan yang menggunung, menyebabkan jantung berpacu lebih cepat dan tekanan darah menjadi lebih tinggi.
Atau untuk mengalihkan perhatian dari masalah, ada berbagai cara yang ditempuh orang: ada orang yang cenderung mengonsumsi makanan jauh melebihi takaran yang disarankan, akibatnya adalah kegemukan yang membuat orang tersebut menjadi lebih tidak percaya diri.
Cara lain yang dilakukan oleh sebagian orang adalah cara sebaliknya –menghindari makanan, atau lebih tepatnya malas makan. Akibatnya, orang yang seperti itu secara fisik juga sama fatalnya– badan menjadi cepat lelah dan lesu, sehingga sulit untuk beraktivitas dan meraih prestasi.

Dampak Mental
Pastinya, orang yang tidak bisa memaafkan situasi atau orang lain yang menjadi sumber ”masalahnya” adalah mereka yang pikirannya dipenuhi oleh satu hal saja, yaitu kemarahan. Kemarahan ini menutup kemampuan mental orang tersebut untuk memikirkan jalan keluar, memikirkan hal-hal lain yang sepatutnya dipikirkan (keluarga, hubungan sosial, dan pekerjaan). Akibatnya, pikiran menjadi tumpul (hanya tajam untuk memikirkan masalah saja). Pikiran yang tumpul tidaklah berguna untuk meraih prestasi.

Dampak Emosional
Dampak yang paling parah adalah dampak yang memberikan pengaruh pada sisi emosi orang yang tidak bisa memaafkan. Emosi terkuras habis pada perasaan-perasaan negatif. Perasaan negatif akan mempengaruhi orang tersebut untuk berpikir negatif. Pikiran negatif akan mendorong orang tersebut untuk mewujudkannya dalam tindakan yang negatif pula. Tindakan negatif pastinya akan memberikan hasil yang juga negatif.
Jadi emosi negatif yang muncul dari ketidakmampuan untuk memaafkan, mendikte arah kehidupan kita untuk menuju ke kehidupan masa depan yang penuh hasil yang negatif. Wah, betapa ruginya kita karena tidak bisa menikmati indahnya dunia, indahnya persahabatan, dan indahnya berprestasi.

Kekuatan Memaafkan
Sebaliknya, kemampuan untuk memaafkan dapat memberikan berbagai dampak positif pada kehidupan kita.

Have a Nice Day
Sebuah email yang di-forward kepada penulis menceritakan seorang pengemudi taksi yang hampir saja ditabrak oleh pengemudi truk sampah. Namun, bukannya sang pengemudi truk sampah tersebut meminta maaf, ia malah memaki-maki sang pengemudi taksi.
Melihat tindakan ini, pengemudi taksi tidak marah, ia memberikan senyum sebagai balasan dari makian, dan sapaan: Selamat pagi, semoga hari ini menjadi hari yang indah untuk Anda.
Tentu saja penumpang taksi menjadi bingung dan tergerak untuk bertanya kepada pengemudi taksi mengapa ia tidak marah pada pengemudi truk sampah tadi? Dengan enteng pengemudi taksi berkata,”Saya tidak mau pengemudi truk sampah merusak hari saya yang indah.” Moral dari ceritanya adalah, banyak orang yang menebar sampah dan bau pada kita. Tetapi, jangan sampai hari kita rusak oleh ”sampah” tersebut. Biarkan ”sampah” berlalu, dan tetap nikmati hari yang indah.

Penyembuhan
Memaafkan memberikan kelegaan dan menyalurkan energi positif yang memiliki kekuatan self-healing (penyembuhan diri). Joel Osteen dalam buku best sellernya: Your Best Life Now, menceritakan tentang seorang dokter yang selalu memberikan rekomendasi tambahan yang sifatnya nonmedis, namun sangat berdampak medis.
Dokter ini menyarankan kepada tiap pasiennya untuk selalu berkata positif dan memasukkan energi positif, serta membuang energi negatif (energi yang muncul dari kemarahan karena tidak memaafkan) dengan kekuatan kata-kata berikut: ”Hari ini saya lebih baik setiap harinya untuk tiap bagian tubuh saya.” Kata-kata tersebut disarankan untuk diulang paling sedkit satu kali dalam satu jam. Hasilnya, para pasien dari dokter tersebut mengalami kemajuan dan hasil medis yang luar biasa dibandingkan pasien yang ditangani oleh dokter-dokter lainnya.

Memulai Lebih Baik
Dengan memaafkan, kita memanfaatkan kesempatan untuk menutup lembaran lama yang kelam dan memulai lembaran baru yang lebih baik. Kesempatan ini membuat kita lebih berorientasi ke depan. Dengan melihat ke depan, kita membuka mata kita lebih luas dan mengarahkan pandangan kita jauh melampaui masalah ataupun rasa sakit yang kita rasakan. Kita bisa belajar dari masa lalu, untuk mengukir masa depan yang lebih baik.

Bagaimana Memaafkan?
Memang, memaafkan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan pandangan diri positif, kendali diri yang tinggi, dan karakter yang kuat.

Alihkan Pandangan
Jika kita melihat terus ke arah yang sama, pemandangan yang sama pula yang akan kita dapatkan. Padahal sebenarnya ada banyak hal lain lagi yang menyenangkan yang bisa kita eksplorasi, andaikan saja kita mau mengalihkan padangan. Ada seekor lalat yang mati karena berkutat sekuat tenaga untuk menerobos kaca tebal yang menghalangi jalannya untuk keluar menuju bunga di taman. Padahal hanya beberapa senti saja dari tempat lalat itu terkulai, ada jendela besar yang terbuka. Andai saja sang lalat mau mengalihkan pandangan, ia tidak perlu mengeluarkan tenaga sia-sia hanya untuk mati.
Jadi, jika kita menghadapi masalah, atau merasakan pedih karena dilukai oleh seeorang atau sebuah situasi, cobalah alihkan pandangan ke tempat lain. Msalnya, coba cari orang lain yang bisa Anda bantu, jangan melulu fokus pada diri sendiri. Begitu jalan keluar ditemui, rasa sakit hati juga akan hilang, sehingga lebih mudah bagi kita untuk memaafkan.

Bertukar Tempat
Cara lain yang bisa kita lakukan adalah bertukar tempat. Jika mobil kita ditabrak oleh mobil atau motor lain, padahal kita berada di jalur yang benar dan sedang berjalan sesuai aturan, kita pasti akan marah begitu kita melihat situasi dan kejadian tersebut dari sudut pandang kita.
Marah memang sangat manusiawi, namun agar amarah kita tidak berlama-lama dan kita bisa memaafkan, cobalah ”bertukar tempat” dengan orang yang menabrak kita tersebut. Jika kita telusuri lebih dalam, mungkin kita mendapatkan bahwa orang tersebut sedang panik dan dalam keadaan terburu-buru, karena harus menebus obat bagi anaknya yang sedang sakit. Ketika menabrak mobil kita, orang tersebut juga mungkin akan takut, karena ia berpikir tidak akan mampu membayar ganti rugi. Selain itu, ia juga sedang berpacu dengan waktu untuk membeli obat yang mungkin dapat menyelamatkan nyawa sang anak. Dengan ”bertukar tempat”, mungkin bukan rasa ”marah” lagi yang muncul, melainkan rasa kasihan, rasa simpati, dan rasa ingin membantu. Hasilnya, kita tidak akan sakit hati, dan akan mudah bagi kita untuk memaafkan.

Pandang ke Depan
Kita hidup di masa kini, bukan masa lalu, dan memiliki harapan untuk meraih prestasi di masa depan. Apa yang kita lakukan saat ini akan membentuk masa depan kita. Masa kini yang dipenuhi dengan tindakan, emosi, dan energi positif, akan membentuk masa depan yang positif.
Jadi, jika kita ingin masa depan yang positif, yang menyenangkan, berprestasi, bernilai dan bermanfaat bagi banyak orang, pastikan kita melangkah keluar dari masa lalu yang menyedihkan dan yang membuat kita marah dan sulit memaafkan, untuk menuju masa kini yang menyenangkan.
Nah, masa depan kita ada di tangan kita. Tanggung jawab untuk menikmati keindahan masa kini dan kesuksesan masa depan juga menjadi tanggung jawab kita masing-masing. Jadi, daripada membiarkan ketidakmauan memaafkan merusak kenikmatan kita untuk melihat keindahan masa kini dan kesuksesan masa depan, mulailah memaafkan sekarang, dan nikmati kekuatan dari tindakan memaafkan. Sukses untuk kita semua. n

Kategori:Akhlak, Islam
  1. anggit
    Oktober 10, 2008 pukul 4:43 pm

    waiyyakum..aminmakasih..

  2. yudi
    Oktober 9, 2008 pukul 4:09 pm

    sama2 nggit, saling mengikhlaskan dosa dan khilaf ya…

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar